cinta terlarang

Selasa, 24 April 2012

karya ilmiah kesehatan

1,,,,,,

KARYA ILMIAH KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wabah flu burung yang disebabkan oleh virus A subtype H5N1 mulai dikenal pada tahun 1997 di Hongkong, dengan sumber penularan dan penyebaran yang berasal dari peternak unggas. Selanjutnya menyebar dengan begitu cepat keseluruh dunia sehingga menjadi masalah global. Perkembangan flu burung yang terjadi di Indonesia juga sangat cepat sejak ditemukannya virus ini pada tahun 2004, yakni pada unggas yang kemudian menyebar dengan cepatnya kepada manusia. Dengan tingginya angka kematian akibat flu burung, kita perlu mewaspadai agar penyakit ini tidak berkembang. Untuk itu perlu di ambil sejumlah langkah pencegahan secara perorangan maupun lingkungan.
Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten, Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong. Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
a. Sebagai lampiran dalam pengajuan beasiswa
b. Penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang tema yang di ambil
c. Untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan yang luas
d. Memberi pengetahuan kepada para pembaca mengenai Flu Burung
C. Manfaat Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang apa itu Flu Burung kepada para pembaca dan siapa saja yang membaca karya tulis ini. Sehingga mereka tahu apa itu Flu Burung dari pengertian, penyebab, penyebaran, gejala, hingga pencegahnya. Hal itu akan memicu mereka untuk waspada terhadap wabah Flu Burung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FLU BURUNG
Penyakit flu burung (H5N1) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan oleh unggas, dalam hal ini ayam, bebek, burung, angsa, kalkun, atau unggas sejenis.
Sebenarnya penyakit flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis). Akan tetapi, dalam perkembangannya virus penyebab penyakit ini mengalami perubahan pada struktur genetisnya (mutasi) yang mengakibatkan virus ini dapat ditularkan kepada manusia. Flu burung dapat menyerang seluruh bangsa atau benua dan menimbulkan pendemi dalam waktu 2-3 tahun. Pada unggas ternak atau piaraan, infeksi oleh virus flu burung menyebabkan timbulnya dua bentuk penyakit, yaitu bentuk yang berpatogenisitas rendah atau “kurang ganas” dan bentuk yang sangat pathogen/ “ganas”.
B. PENYEBAB
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Didalam virus influenza A dapat terjadi perubahan besar pada komposisi antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi perubahan kecil komposisi antigenik yang disebut dengan antigenic drift. Perubahan-perubahan inilah yang memicu timbulnya epidemic atau bahkan pendemi. Gelombang epidemic oleh karena virus influenza A berlangsung secara periodic tiap 2-3 tahun, sedangkan periode terjadinya interepidemi untuk influenza B adalah lebih lama yaitu 3-6 tahun. Pada manusia hanya terdapat virus influenza A dari subtype H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, dan H7N7, sedangkan pada hewan adalh subtype H1 sampai H5 dan N1 sampai N9. Dari semua subtype tersebut, hanya virus influenza A subtype H5 dan H7 yang sangat ganas. Meski demikian tidak semua virus influenza subtype H5 dan H7 bersifat ganas dan juga tidak semuanya menyebabkan penyakit pada unggas.
C. GEJALA
Gejala flu burung pada manusia dan hewan berbeda :
a. Gejala pada unggas.
o Jengger dan pial berwarna biru
o Borok dikaki
o Kematian mendadak
o Keluar cairaan jernih sampai kental dari rongga mulut
o Diare
o Haus berlebihan dan cangkang telur lembek
b. Gejala pada manusia.
o Demam (suhu badan diatas 38o C)
o Sakit kepala, Batuk, pilek dan nyeri tenggorokan
o Radang saluran pernapasan atas
o Pneumonia
o Infeksi mata
o Nyeri otot
c. Masa inkubasi
o Pada Unggas : 1 minggu
o Pada Manusia : 1-3 hari, Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.
D. PENYEBARAN DAN PENULARAN
Penyebaran virus flu burung melalui unggas yang sedang ber migrasi belum sepenuhnya dipahami.Hanya saja, unggas air liar seperti bebek dan angsa yang merupakan anggota ordo Anseriformes serta burung camar dan dan burung laut dari ordo charadriiformes adalah pembawa virus influenza A subtype H5 dan H7. Virus yang dibawa unggas ini umumnya kurang ganas. Virus jenis ini hanya menyebabkan penurunan produksi telur, bulu-bulu mengerut atau berat badan ayam pedaging tidak naik-naik. Setelah masuk dan bersirkulasi didalam tubuh unggas ternak, influenza A akan beradaptasi dan bermutasi menjadi bentuk yang ganas,yaitu HPAIV dalam waktu beberapa bulan saja.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Sampai saat ini kasus flu burung pada manusia lebih banyak terjadi di daerah pedesaan/ perkampungan ataupun di pinggiran kota yang padat penduduknya. Di daerah-daerah semacam itu, kebanyakan unggas yang dipelihara dilepas begitu saja atau tidak dimasukan dalam kandang, bahkan terkadang menyatu dengan rumah. Banyak pula yang kandangnya bertempat dimana anak-anak biasa bermain. Dengan kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi penularan dari unggas ke manusia, karena didalam kotoran unggas yang sakit terkandung banyak sekali virus H5N1.
E. PENCEGAHAN
Pencegahan penyebaran penyakit flu burung dapat dilakukan dengan menerapakan tindakan preventif/ atau pencegahan terhadap unggas itu sendiri maupun manusia.
A. Pada Unggas
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dalam radius tiga kilometer.
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
3. Meningkatkan biosekuriti, suatu tindakan pengawasan dan pengamanan yang ketat terhadap unggas yang terinfeksi flu burung.
4. Peningkatan kesadaran masyarakat
5. Pengisian kandang kembali
6. Pengawasan kasus flu burung
7. Pengendalian lalu lintas keluar masuk ternak unggas dan produk unggas.
B. Pada Manusia
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang atau yang bersentuhan dengan produk unggas)
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f. Imunisasi.
2. Masyarakat umum
Bagi masyarakat pada umumnya yang perlu dilakukan adalah menjaga higien pribadi dan lingkungan, serta memperoleh vaksinasi.
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada
tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit
dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
F. PENGOBATAN
Tata laksana pengobatan bagi penderita flu burung adalah rawat inap di rumah sakit pada ruang isolasi untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang sesuai, karena sifat penyakit yang ganas.
Pengobatan dilakukan dengan :
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
G. TINDAKAN DEPKES
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, Departemen Kesehatan mengambil beberapa tindakan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan Investigasi pada pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di beberapa daerah KLB flu burung pada ayam di Indonesia (untuk mengetahui infeksi flu burung pada manusia)
b. Melakukan monitoring secara ketat terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan orang yang diduga terkena flu burung. hingga terlewati dua kali masa inkubasi yaitu 14 hari.
c. Menyiapkan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menyiapkan ruangan observasi terhadap pasien yang dicurigai mengidap Avian Influenza.
d. Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten serta membentuk POSKO di Ditjen PP & PL dengan nomor telepon/fax: (021) 425 7125
e. menginstruksikan kepada Gubernur pemerintah propinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing-masing
f. Meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun
jejaring kerja dengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat tetap waspada dan tidak panik
g. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan departemen pertanian dan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan flu burung
h. mengumpulkan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari Depkes, Deptan dan WHO.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtype H5N1. Tingkat kematian penderita flu burung tinggi.Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan. Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1.
B. SARAN
Perlu adanya penyuluhan/promosi kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.
DAFTAR PUSTAKA
Cucunawangsih.2006.Cara mewaspadai dan mencegah flu burung.Jakarta.Gramedia
http://google-search_www.litbang.depkes.go.id/mask...fluburung1.htm

 

2...
 

 PENGOBATAN TRADISIONAL SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF HARUS DILESTARIKAN 

I. PENDAHULUAN
    Tujuan pembangunan kesehatan yang tertera dalam GBHN adalah meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya pencegahan dan peningkatan upaya pemerataan pelayanan kesehatan agar terjankau oleh masyarakat sampai kepelosok pedesaan, maka upaya pengobatan tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping pengobatan modren.
Undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasal 2 ayat 4 yang berbunyi: Usaha-usaha pengobatan tradisional berdasarkan ilmu atau cara lain daripada ilmu kedokteran diawasi oleh pemerintah arag tidak membahayakan masyarakat.
SKN menyatakan bahwa pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna dan berdayaguna terus dilakukan pembinaan dan bimbingan serta dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat.
UU kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat dipertanggung jawabkan maknanya.
Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalahkesehatn baik di desa maupun di kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern.
Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga memegang peranan utama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan unsur penting dalam meningkatkan kemampuan individu atau keluarga untuk memperoleh hidup sehat. 


II. KONSEP SEHAT SAKIT MASYARAKAT
    Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari (diketahui) atau tidak disadari (tidak diketahui) merugikan kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri, atau orang-orang lain, atau suatu kelompok. Gangguan kesehatan yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada kategori penyakit fisik dan mental secara individu dan kelompok tatapi juga kategori kesejahteraan sosial.
WHO (1974), mengatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hannya bebas dari penyakit atau kelemahan. White (1977), sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. Sedangkan sehat menurut masyarakat adalah sebagai suatu kemampuan fungsional dalam menjalankan peran-peran sosial dalam kehidupan sehari-hari. 

Jenis Ramuan Obat Tradisional di Indonesia
Pengobatan tradisional di Indonesia banyak ragamnya. Cara pengobatan tersebut telah lama dilakukan. Ada yang asli dari warisan nenek moyang yang pada umumnya mendayagunakan kekuatan alam, daya manusia, ada pula yang berasal dari masa Hindu atau pengaruh India dan Cina.
Secara garis besar Agoes A (1992), dalam seminar telah menetapkan jenis bahwa pengobatan tradisional dengan ramuan obat terdiri dari :
− Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia
− Pengobatan tradisional dengan ramuan Cina
− Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India

Pengobatan Tradisional
Pengertian
     Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional.
Jamu/obat tradisional adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil-hasilnya atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dapat dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan. Bentuknya dapat berupa cairan, rajangan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya. 


Tujuan Pengobatan Tradisional 

A. Tujuan Umum
Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan peripurna, dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dengan demikian pengobatan tradisional adalah merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan tradisional tersebut.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga masyarakat terhindar dari dampak negatif karena pengobatan tradisional.
2. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional.
3. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.
4. Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat rujukannya.

Peran Pengobatan Tradisional
    Pengobatan secara tradisional di Indonesai telah berkembang selama berabad-abad sehingga merupakan kebutuhan sebagian besar masyarakat
Indonesia. Melihat kenyataan disekitar kita oleh adanya tenaga dokter sebagai pelaksana pengobatan dan pengobatan dari barat atau pengobatan tradisional pasti mendapat termpat di hati masyarakat Indonesia pada umumnya dan pada bangsa jawa pada khususnya.
Tenaga pelayanan pengobatan tradisional tersebut mempunyai pasien dan langganan masing-masing. Ada masyarakat pendukung tersendiri, ada juga kaidah patokan serta syarat-syarat tersendiri, juga ada kaidah patokan serta syarat-syarat tersendiri yang mereka patuhi bersama. Mereka puas ( ada juga yang tidak puas ) dengan adanya hubungan timbal balik pelayanan kesehatan tradisional pendukungnya. Hal ini merupakan unsur budaya dan unsur-unsur kemanusiaan yang juga terdapat pada bangsa-bangsa di dunia betapapun modernnya.
Sebagian besar obat tradisional berasal dari bahan-bahan nabati dan hanya sebahagian kecil saja yang berasal dari bahan-bahan dasar hewan atau mineral. Bahan-bahan nabati yang digunakan itu dapat berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan ataupun eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhanadalah isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, demikian pula zat-zat nabati lainnya yang dipisahkan dari tumbuhannya.
Jelaslah disini bahwa tumbuhan obat merupakan sumber bahan yang sangat penting artinya bagi pembuatan obat tradisional di Dunia. Tumbuhan obat lebih mudah di jumpai dan di dapatkan oleh yang memerlukan disekitar tempat tinggalnya. Perlu dikahui bahwa sekurang-kurangnya di Indonesia dijumpai 940 jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Pengolahan obat tradisional yang bervariasi, mulai yang masih dilakukan dengan cara sederhana sampai dengan penggunaan teknologi maju. Dala cara sederhana bahan yang berasal dari tumbuhan segar di celah-celah, direbus dengan air dalam kuali sampai menghasilkan cairan hasil rebusan tersebut disamping dimanfaatkan sebagai obat dalam ( minim ), digunakan untuk kompres atau lainnya.
Teknologi maju digunakan pengusaha obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat. Produksi memakai perajang simplisia, mesin penggiling simplisia, mesin pil, mesin tablet, mesin pengisi kapsul, mesin pengisi kantung serbuk dan lat ekstraksi. Bahkan ada pengusaha pengahasil produk-produk cairan obat dalam yang telah menggunakan proses ultra hight treatment ( UHT ) untuk mrngusahakan agar produk yang disilkan memiliki sterilisitas perdagangan yang diperlukan. 

Standarisasi Pengobatan Tradisional
    Untuk dapat dimanfaatkannya pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan, banyak yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan, dengan adanya standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan tradisional akan dapat ditingkatkan, tapi yang penting lagi munculnya berbagai efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat fihindari.
Pengertian standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal ( Clinical Practice Guideline, 1990 ). Standart menunjukkan pada tingkat ideal tercapai tersebut tidaklah disusun terlalu kaku, tetapi masih dala batas-batas yang dibenarkan disebut dengan nama toleransi.
Syarat suatu standar yang baik dipandang cukup penting adalah :
1. Bersifat jelas
Artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal
Suatu standart yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para profesional.
3. Mudah dimengerti
Suatu standart yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga sulit terpenuhi.
4. Dapat dipercaya
Tidak ada gunanya menentukan standart yang sulit karena tidak akan mampu tercapai. Karena itu sering disebutkan, dalam menentukan standart, salah satu syarat yang harus dipenuhi ialah harus sesuai dengan kondisi organisasi yang dimiliki.
5. Absah
Artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didemintrasikan antara standart dengan sesuatu ( misalnya mutu pelayanan ) yang diwakilinya.

6. Meyakinkan
Artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti.
7. Mantap, Spesifik dan Eksplisit
Artinya tidak terpengaruh oleh perubahan oleh waktu, bersifat khas dan gamblang.
Dari ukuran tentang standart dan pengobatan tradisional sebagaimana dekemukakan diatas, mudah dipahami bahwa upaya standarisasi pengobatan tradisional di Indonesia, tidaklah semudah yang diperkirakan. Sebagai akibat ditemukannya konsep pengobatan tradisional yang sangat supranatural yang satu sama lain tampak sangat berbeda, menyebabkan dtandarisasi akan sulit dilakukan.
Untuk ini menyadari bahwa menerapkan pendekatan kesembuhan penyakit masih sulit dilakukan, maka untuk sementara cukup diterapkan pendekatan tidak sampai menimbulkan efek samping, komplikasi atau kematian. 

III. KONSEP PENGOBATAN TRADISIONAL
     Memahami tentang konsep yang dimiliki oleh pengobatan tradisional dalam praktek pengobatan tradisional amatlah diperlukan dengan diketahuinya konsep tersebut diharapkan dapat diikuti jalanpikiran serta alasan dilakukannya suatu tindakan yang dilakukan oleh pengobatan tradisional ketika mengahadapi penderita yang datang meminta pertolongan. Konsep yang dimaksud disini tentu meliputi konsep yang ada hubungannya dengan kesehatan, yang dicoba sederhana setidak-tidaknya meliputi konsep kehidupan, kematian, penyebab penyakit serta kepercayaan tjatuh sakit. 

Peranan Obat Tradisional Dalam Pelayanan Kesehatan
    Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga memegang peranan uatama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan unsur memperoleh hidup sehat.
Ditingkat masyarakat peranan pengobatan tradisional termasuk peracik obat tradisional / jamu mempunyai peranan yang cukup penting dalam pemerataan pelayanan kesehatan untuk mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang oprtimal. 

Peminatan Pengobatan Tradisional
    Peminatan pengobatan tradisional sendiri sangat dipengaruhi oleh faktof :
1. Faktor Sosial
Alasan masyarakat memilih pengobatan tradisional adalah selama mengalami pengobatan tradisional keluarganya dapat menjenguk dan menunggui setiap saat. Hal tersebut sesuai dengan kodrat manusia sebagai



mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama perawatan yang dialaminya meraka dapat berkomunikasi dengan akrab dengan keluarganya.
Namun ada juga informasi yang mengemukakan bahwa mereka berpendapat lebih senang dirawat atau diobati di rumah sakit daripada dirawat atau diobati di tempat-tempat pengobatan tradisional. Mereka dibawa kepengobatan tradisional bukan atas kemauan mereka sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan. Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa dibandingkan pengobatan tradisional dengan pengobatan di rumah sakit. Disini nampak adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial.

2. Faktor Ekonomi
Mereka menyatakan biayanya lebih murah daripada rumah sakit, menurut mereka cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak tertarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu mambayar sekaligus dapat dicicil setelah mereka pulang.
Jika ditinjau dari klasifikasi pasien yang datang ketempat pengobatan tradisional ini sebagian besar pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir, tukang parkir, sehingga wajar faktor ekonomi menentukan dalam memilih tempat pengobatan.
3. Faktor Budaya
Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan tradisional karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang mempunyai kekuatan supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit. Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh foster dan Anderson bahwa sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan.
Salah satu faktor lain yang menyebabkan pengobatan tradisional ini masih diminati masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak atau yang tepat dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang berhak, penyakit A hanya B yang tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat juga menganggap penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit, karena penyakit yang diderita dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak menggangua nafsu makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari walaupun agak tergaggu. Hal tersebut nampak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Spreadly, bahwa kebudayaan sebagai pengetahuan, nilai-nilai yang digunakn untuk menginterpretasikan pengalaman serta membangkitkan perilaku sosial.
4. Faktor Sosial
Kenyamanan yang diperoleh pada saata pengobatan karena tidak menggunakan peralatan-peralatan yang bisa menakutkan mereka, terutama patah tulang tidak perlu diamputasi atau digips.
5. Faktor Kemudahan
Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan hasil laboratorium lainnya. 


IV. PENUTUP
Manusia pada dasarnya ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis (dasar) seperti sandang, pangan dan papan. Untuk dapat mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tentunya seseorang harus sehat, namun seseorang itu juga tidak terlepas akan diserang penyakit.
Untuk mencari pengobatan saat ini sangat memerlukan biaya dalam sebagai alternatif banyak anggota masyarakat kembali ke pengobatan tradisional yang dapat dipercaca. 



DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Azwar H, Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan Tradisional. Jilid I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1992.
Dzulkarnain dan Sukasediati, Pemanfaatan Obat Tradisional, Dapatkah Dipercepat. Media LitBangKes Zvol II/No.3/1992, Jakarta, 1992.
Kalangi S.S, Antropological of Health Behavior, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1994.
Effendy N, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995.
Ngatimin R.M, Memandu Konsep Kesehatan Tradisional dan Modern Guna Menunjang Trecapainya Tujuan Hidup Sehat Untuk Semua Tahun 2000. Majalah Kesehatan Masyarakat Tahun XVIII, No. 10, Ujung Pandang, 1989.
Sartono, R, Perawatan Tubuh dan Pengobatan –pengobatan Tradisional. Effhar dan Dahara Prize, Semarang, 1993.
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Depkes RI, Jakarta, 1992.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar