1,,,,,,
KARYA ILMIAH KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wabah
flu burung yang disebabkan oleh virus A subtype H5N1 mulai dikenal pada
tahun 1997 di Hongkong, dengan sumber penularan dan penyebaran yang
berasal dari peternak unggas. Selanjutnya menyebar dengan begitu cepat
keseluruh dunia sehingga menjadi masalah global. Perkembangan flu burung
yang terjadi di Indonesia
juga sangat cepat sejak ditemukannya virus ini pada tahun 2004, yakni
pada unggas yang kemudian menyebar dengan cepatnya kepada manusia.
Dengan tingginya angka kematian akibat flu burung, kita perlu mewaspadai
agar penyakit ini tidak berkembang. Untuk itu perlu di ambil sejumlah
langkah pencegahan secara perorangan maupun lingkungan.
Di
Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian
ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut
disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)).
Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi
di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling
tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang
nyawa warga Tangerang Banten, Hal ini
didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong. Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia,
tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena
kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah
menginfeksi manusia.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
a. Sebagai lampiran dalam pengajuan beasiswa
b. Penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang tema yang di ambil
c. Untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan yang luas
d. Memberi pengetahuan kepada para pembaca mengenai Flu Burung
C. Manfaat Penulisan
Penulisan
karya ilmiah ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang apa itu
Flu Burung kepada para pembaca dan siapa saja yang membaca karya tulis
ini. Sehingga mereka tahu apa itu Flu Burung dari pengertian, penyebab,
penyebaran, gejala, hingga pencegahnya. Hal itu akan memicu mereka untuk
waspada terhadap wabah Flu Burung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FLU BURUNG
Penyakit
flu burung (H5N1) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A yang ditularkan oleh unggas, dalam hal ini ayam, bebek,
burung, angsa, kalkun, atau unggas sejenis.
Sebenarnya penyakit flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis). Akan
tetapi, dalam perkembangannya virus penyebab penyakit ini mengalami
perubahan pada struktur genetisnya (mutasi) yang mengakibatkan virus ini
dapat ditularkan kepada manusia. Flu burung dapat menyerang seluruh
bangsa atau benua dan menimbulkan pendemi dalam waktu 2-3 tahun. Pada
unggas ternak atau piaraan, infeksi oleh virus flu burung menyebabkan
timbulnya dua bentuk penyakit, yaitu bentuk yang berpatogenisitas rendah
atau “kurang ganas” dan bentuk yang sangat pathogen/ “ganas”.
B. PENYEBAB
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift),
dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A
terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini
digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak
jenisnya. Pada
manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.
Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat
virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1.
Didalam virus influenza A dapat terjadi perubahan besar pada komposisi
antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi perubahan kecil komposisi antigenik yang disebut dengan antigenic drift. Perubahan-perubahan
inilah yang memicu timbulnya epidemic atau bahkan pendemi. Gelombang
epidemic oleh karena virus influenza A berlangsung secara periodic tiap
2-3 tahun, sedangkan periode terjadinya interepidemi untuk influenza B
adalah lebih lama yaitu 3-6 tahun. Pada manusia hanya terdapat virus
influenza A dari subtype H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, dan H7N7,
sedangkan pada hewan adalh subtype H1 sampai H5 dan N1 sampai N9. Dari
semua subtype tersebut, hanya virus influenza A subtype H5 dan H7 yang
sangat ganas. Meski demikian tidak semua virus influenza subtype H5 dan
H7 bersifat ganas dan juga tidak semuanya menyebabkan penyakit pada
unggas.
C. GEJALA
Gejala flu burung pada manusia dan hewan berbeda :
a. Gejala pada unggas.
o Jengger dan pial berwarna biru
o Borok dikaki
o Kematian mendadak
o Keluar cairaan jernih sampai kental dari rongga mulut
o Diare
o Haus berlebihan dan cangkang telur lembek
b. Gejala pada manusia.
o Demam (suhu badan diatas 38o C)
o Sakit kepala, Batuk, pilek dan nyeri tenggorokan
o Radang saluran pernapasan atas
o Pneumonia
o Infeksi mata
o Nyeri otot
c. Masa inkubasi
o Pada Unggas : 1 minggu
o Pada Manusia : 1-3 hari, Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.
D. PENYEBARAN DAN PENULARAN
Penyebaran
virus flu burung melalui unggas yang sedang ber migrasi belum
sepenuhnya dipahami.Hanya saja, unggas air liar seperti bebek dan angsa
yang merupakan anggota ordo Anseriformes serta burung camar dan dan
burung laut dari ordo charadriiformes adalah pembawa virus influenza A
subtype H5 dan H7. Virus yang dibawa unggas ini umumnya kurang ganas.
Virus jenis ini hanya menyebabkan penurunan produksi telur, bulu-bulu
mengerut atau berat badan ayam pedaging tidak naik-naik. Setelah masuk
dan bersirkulasi didalam tubuh unggas ternak, influenza A akan
beradaptasi dan bermutasi menjadi bentuk yang ganas,yaitu HPAIV dalam
waktu beberapa bulan saja.
Flu
burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,
Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang
berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu
burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia
telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak
langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung atau benda-benda yang
terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1.
Sampai saat ini kasus flu burung pada manusia lebih banyak terjadi di
daerah pedesaan/ perkampungan ataupun di pinggiran kota
yang padat penduduknya. Di daerah-daerah semacam itu, kebanyakan unggas
yang dipelihara dilepas begitu saja atau tidak dimasukan dalam kandang,
bahkan terkadang menyatu dengan rumah. Banyak pula yang kandangnya
bertempat dimana anak-anak biasa bermain. Dengan kondisi seperti ini
sangat mungkin terjadi penularan dari unggas ke manusia, karena didalam
kotoran unggas yang sakit terkandung banyak sekali virus H5N1.
E. PENCEGAHAN
Pencegahan
penyebaran penyakit flu burung dapat dilakukan dengan menerapakan
tindakan preventif/ atau pencegahan terhadap unggas itu sendiri maupun
manusia.
A. Pada Unggas
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dalam radius tiga kilometer.
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
3. Meningkatkan biosekuriti, suatu tindakan pengawasan dan pengamanan yang ketat terhadap unggas yang terinfeksi flu burung.
4. Peningkatan kesadaran masyarakat
5. Pengisian kandang kembali
6. Pengawasan kasus flu burung
7. Pengendalian lalu lintas keluar masuk ternak unggas dan produk unggas.
B. Pada Manusia
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang atau yang bersentuhan dengan produk unggas)
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f. Imunisasi.
2. Masyarakat umum
Bagi masyarakat pada umumnya yang perlu dilakukan adalah menjaga higien pribadi dan lingkungan, serta memperoleh vaksinasi.
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada
tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit
dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
F. PENGOBATAN
Tata
laksana pengobatan bagi penderita flu burung adalah rawat inap di rumah
sakit pada ruang isolasi untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan
yang sesuai, karena sifat penyakit yang ganas.
Pengobatan dilakukan dengan :
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
G. TINDAKAN DEPKES
Dalam
rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, Departemen
Kesehatan mengambil beberapa tindakan, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan Investigasi pada pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di beberapa daerah KLB flu burung pada ayam di Indonesia (untuk mengetahui infeksi flu burung pada manusia)
b. Melakukan
monitoring secara ketat terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan
orang yang diduga terkena flu burung. hingga terlewati dua kali masa inkubasi yaitu 14 hari.
c. Menyiapkan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menyiapkan ruangan observasi terhadap pasien yang dicurigai mengidap Avian Influenza.
d. Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten serta membentuk POSKO di Ditjen PP & PL dengan nomor telepon/fax: (021) 425 7125
e. menginstruksikan
kepada Gubernur pemerintah propinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah
masing-masing
f. Meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun
jejaring kerja dengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat tetap waspada dan tidak panik
g. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan departemen pertanian dan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan flu burung
h. mengumpulkan
informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk
mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri
dari Depkes, Deptan dan WHO.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebab flu burung di Indonesia
adalah virus influenza tipe A subtype H5N1. Tingkat kematian penderita
flu burung tinggi.Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi
(pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas
lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan. Flu burung menular dari
unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular
melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau
sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas
ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang
mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang
terinfeksi flu burung atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran
unggas sakit yang mengandung virus H5N1.
B. SARAN
Perlu
adanya penyuluhan/promosi kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit
flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi
produk unggas namun harus tetap waspada.
DAFTAR PUSTAKA
Cucunawangsih.2006.Cara mewaspadai dan mencegah flu burung.Jakarta.Gramedia
http://google-search_www.litbang.depkes.go.id/mask...fluburung1.htm2...
PENGOBATAN
TRADISIONAL SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF HARUS DILESTARIKAN
I. PENDAHULUAN
Tujuan
pembangunan kesehatan yang tertera dalam GBHN adalah meningkatkan kemampuan
untuk hidup sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana terutama
melalui upaya pencegahan dan peningkatan upaya pemerataan pelayanan kesehatan
agar terjankau oleh masyarakat sampai kepelosok pedesaan, maka upaya pengobatan
tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping pengobatan
modren.
Undang-undang
No. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasal 2 ayat 4 yang berbunyi:
Usaha-usaha pengobatan tradisional berdasarkan ilmu atau cara lain daripada
ilmu kedokteran diawasi oleh pemerintah arag tidak membahayakan masyarakat.
SKN
menyatakan bahwa pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna dan
berdayaguna terus dilakukan pembinaan dan bimbingan serta dimanfaatkan untuk
pelayanan kesehatan masyarakat.
UU
kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional yang
mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat
dipertanggung jawabkan maknanya.
Pengobatan
tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan
dalam mengatasi berbagai masalahkesehatn baik di desa maupun di kota-kota
besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit
dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan
potensi besar karena dekat dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih
murah daripada obat modern.
Pada
tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga memegang
peranan utama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman
obat merupakan unsur penting dalam meningkatkan kemampuan individu atau
keluarga untuk memperoleh hidup sehat.
II. KONSEP SEHAT SAKIT MASYARAKAT
Gangguan
kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari
(diketahui) atau tidak disadari (tidak diketahui) merugikan kesehatan atau
menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri, atau orang-orang lain, atau
suatu kelompok. Gangguan kesehatan yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas
pada kategori penyakit fisik dan mental secara individu dan kelompok tatapi
juga kategori kesejahteraan sosial.
WHO
(1974), mengatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari fisik,
mental, sosial, tidak hannya bebas dari penyakit atau kelemahan. White (1977),
sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan. Sedangkan sehat menurut masyarakat adalah sebagai suatu kemampuan fungsional
dalam menjalankan peran-peran sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis Ramuan Obat Tradisional di Indonesia
Pengobatan
tradisional di Indonesia banyak ragamnya. Cara pengobatan tersebut telah lama
dilakukan. Ada yang asli dari warisan nenek moyang yang pada umumnya
mendayagunakan kekuatan alam, daya manusia, ada pula yang berasal dari masa
Hindu atau pengaruh India dan Cina.
Secara garis
besar Agoes A (1992), dalam seminar telah menetapkan jenis bahwa pengobatan
tradisional dengan ramuan obat terdiri dari :
− Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia
− Pengobatan tradisional dengan ramuan Cina
− Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India
Pengobatan Tradisional
Pengertian
Pengobatan
tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pengobatan
tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional.
Jamu/obat
tradisional adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
hasil-hasilnya atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara
tradisional dapat dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk
memelihara kesehatan. Bentuknya dapat berupa cairan, rajangan, bubuk, tablet,
kapsul, parem dan sebagainya.
Tujuan Pengobatan Tradisional
A. Tujuan Umum
Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara
tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan peripurna, dalam rangka
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dengan demikian pengobatan tradisional adalah merupakan salah satu alternatif
yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan
berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan tradisional
tersebut.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga masyarakat
terhindar dari dampak negatif karena pengobatan tradisional.
2. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional.
3. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan
kesehatan.
4. Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program
pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas
sampai pada tingkat rujukannya.
Peran
Pengobatan Tradisional
Pengobatan
secara tradisional di Indonesai telah berkembang selama berabad-abad sehingga
merupakan kebutuhan sebagian besar masyarakat
Indonesia. Melihat kenyataan disekitar kita oleh adanya tenaga dokter
sebagai pelaksana pengobatan dan pengobatan dari barat atau pengobatan
tradisional pasti mendapat termpat di hati masyarakat Indonesia pada umumnya
dan pada bangsa jawa pada khususnya.
Tenaga
pelayanan pengobatan tradisional tersebut mempunyai pasien dan langganan
masing-masing. Ada masyarakat pendukung tersendiri, ada juga kaidah patokan
serta syarat-syarat tersendiri, juga ada kaidah patokan serta syarat-syarat
tersendiri yang mereka patuhi bersama. Mereka puas ( ada juga yang tidak puas )
dengan adanya hubungan timbal balik pelayanan kesehatan tradisional
pendukungnya. Hal ini merupakan unsur budaya dan unsur-unsur kemanusiaan yang
juga terdapat pada bangsa-bangsa di dunia betapapun modernnya.
Sebagian besar
obat tradisional berasal dari bahan-bahan nabati dan hanya sebahagian kecil
saja yang berasal dari bahan-bahan dasar hewan atau mineral. Bahan-bahan nabati
yang digunakan itu dapat berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan ataupun eksudat
tumbuhan. Eksudat tumbuhanadalah isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan
dari selnya, demikian pula zat-zat nabati lainnya yang dipisahkan dari
tumbuhannya.
Jelaslah
disini bahwa tumbuhan obat merupakan sumber bahan yang sangat penting artinya
bagi pembuatan obat tradisional di Dunia. Tumbuhan obat lebih mudah di jumpai dan
di dapatkan oleh yang memerlukan disekitar tempat tinggalnya. Perlu dikahui
bahwa sekurang-kurangnya di Indonesia dijumpai 940 jenis tumbuh-tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Pengolahan
obat tradisional yang bervariasi, mulai yang masih dilakukan dengan cara
sederhana sampai dengan penggunaan teknologi maju. Dala cara sederhana bahan
yang berasal dari tumbuhan segar di celah-celah, direbus dengan air dalam kuali
sampai menghasilkan cairan hasil rebusan tersebut disamping dimanfaatkan sebagai
obat dalam ( minim ), digunakan untuk kompres atau lainnya.
Teknologi maju
digunakan pengusaha obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
meningkat. Produksi memakai perajang simplisia, mesin penggiling simplisia,
mesin pil, mesin tablet, mesin pengisi kapsul, mesin pengisi kantung serbuk dan
lat ekstraksi. Bahkan ada pengusaha pengahasil produk-produk cairan obat dalam
yang telah menggunakan proses ultra hight treatment ( UHT ) untuk mrngusahakan
agar produk yang disilkan memiliki sterilisitas perdagangan yang diperlukan.
Standarisasi
Pengobatan Tradisional
Untuk dapat
dimanfaatkannya pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan, banyak yang
harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang
sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan, dengan adanya
standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan tradisional akan dapat
ditingkatkan, tapi yang penting lagi munculnya berbagai efek samping yang
secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat fihindari.
Pengertian
standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal ( Clinical Practice
Guideline, 1990 ). Standart menunjukkan pada tingkat ideal tercapai tersebut
tidaklah disusun terlalu kaku, tetapi masih dala batas-batas yang dibenarkan
disebut dengan nama toleransi.
Syarat suatu
standar yang baik dipandang cukup penting adalah :
1. Bersifat jelas
Artinya
dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan-penyimpangan
yang mungkin terjadi.
2. Masuk akal
Suatu standart yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit
dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para profesional.
3. Mudah
dimengerti
Suatu
standart yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga pelaksana
sehingga sulit terpenuhi.
4. Dapat
dipercaya
Tidak
ada gunanya menentukan standart yang sulit karena tidak akan mampu tercapai.
Karena itu sering disebutkan, dalam menentukan standart, salah satu syarat yang
harus dipenuhi ialah harus sesuai dengan kondisi organisasi yang dimiliki.
5. Absah
Artinya
ada hubungan yang kuat dan dapat didemintrasikan antara standart dengan sesuatu
( misalnya mutu pelayanan ) yang diwakilinya.
6. Meyakinkan
Artinya
mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan menyebabkan
persyaratan menjadi tidak berarti.
7. Mantap,
Spesifik dan Eksplisit
Artinya
tidak terpengaruh oleh perubahan oleh waktu, bersifat khas dan gamblang.
Dari ukuran tentang standart dan pengobatan tradisional sebagaimana
dekemukakan diatas, mudah dipahami bahwa upaya standarisasi pengobatan
tradisional di Indonesia, tidaklah semudah yang diperkirakan. Sebagai akibat
ditemukannya konsep pengobatan tradisional yang sangat supranatural yang satu
sama lain tampak sangat berbeda, menyebabkan dtandarisasi akan sulit dilakukan.
Untuk ini menyadari bahwa menerapkan pendekatan kesembuhan penyakit
masih sulit dilakukan, maka untuk sementara cukup diterapkan pendekatan tidak
sampai menimbulkan efek samping, komplikasi atau kematian.
III. KONSEP
PENGOBATAN TRADISIONAL
Memahami
tentang konsep yang dimiliki oleh pengobatan tradisional dalam praktek
pengobatan tradisional amatlah diperlukan dengan diketahuinya konsep tersebut
diharapkan dapat diikuti jalanpikiran serta alasan dilakukannya suatu tindakan
yang dilakukan oleh pengobatan tradisional ketika mengahadapi penderita yang
datang meminta pertolongan. Konsep yang dimaksud disini tentu meliputi konsep
yang ada hubungannya dengan kesehatan, yang dicoba sederhana setidak-tidaknya
meliputi konsep kehidupan, kematian, penyebab penyakit serta kepercayaan tjatuh
sakit.
Peranan Obat
Tradisional Dalam Pelayanan Kesehatan
Pada tingkat
rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga memegang peranan
uatama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat
merupakan unsur memperoleh hidup sehat.
Ditingkat
masyarakat peranan pengobatan tradisional termasuk peracik obat tradisional /
jamu mempunyai peranan yang cukup penting dalam pemerataan pelayanan kesehatan
untuk mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang oprtimal.
Peminatan
Pengobatan Tradisional
Peminatan
pengobatan tradisional sendiri sangat dipengaruhi oleh faktof :
1. Faktor Sosial
Alasan masyarakat memilih pengobatan tradisional adalah selama
mengalami pengobatan tradisional keluarganya dapat menjenguk dan menunggui
setiap saat. Hal tersebut sesuai dengan kodrat manusia sebagai
mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi langsung dengan
keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama perawatan yang
dialaminya meraka dapat berkomunikasi dengan akrab dengan keluarganya.
Namun
ada juga informasi yang mengemukakan bahwa mereka berpendapat lebih senang
dirawat atau diobati di rumah sakit daripada dirawat atau diobati di
tempat-tempat pengobatan tradisional. Mereka dibawa kepengobatan tradisional
bukan atas kemauan mereka sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan. Biasanya
mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa dibandingkan pengobatan
tradisional dengan pengobatan di rumah sakit. Disini nampak adanya faktor
pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial.
2. Faktor
Ekonomi
Mereka menyatakan biayanya lebih murah daripada rumah sakit, menurut
mereka cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak tertarik
uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu mambayar sekaligus dapat dicicil
setelah mereka pulang.
Jika ditinjau dari klasifikasi pasien yang datang ketempat pengobatan
tradisional ini sebagian besar pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir, tukang
parkir, sehingga wajar faktor ekonomi menentukan dalam memilih tempat
pengobatan.
3. Faktor
Budaya
Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan
tradisional karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang
mempunyai kekuatan supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit.
Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh foster dan
Anderson bahwa sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan.
Salah satu faktor lain yang menyebabkan pengobatan tradisional ini
masih diminati masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak
atau yang tepat dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang
berhak, penyakit A hanya B yang tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat
juga menganggap penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit,
karena penyakit yang diderita dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak
menggangua nafsu makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari
walaupun agak tergaggu. Hal tersebut nampak sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Spreadly, bahwa kebudayaan sebagai pengetahuan, nilai-nilai yang
digunakn untuk menginterpretasikan pengalaman serta membangkitkan perilaku
sosial.
4. Faktor
Sosial
Kenyamanan
yang diperoleh pada saata pengobatan karena tidak menggunakan
peralatan-peralatan yang bisa menakutkan mereka, terutama patah tulang tidak
perlu diamputasi atau digips.
5. Faktor
Kemudahan
Pasien
dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan hasil
laboratorium lainnya.
IV. PENUTUP
Manusia pada dasarnya ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan mulai dari
kebutuhan fisiologis (dasar) seperti sandang, pangan dan papan. Untuk dapat
mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tentunya seseorang harus sehat, namun
seseorang itu juga tidak terlepas akan diserang penyakit.
Untuk mencari pengobatan saat ini sangat memerlukan biaya dalam
sebagai alternatif banyak anggota masyarakat kembali ke pengobatan tradisional
yang dapat dipercaca.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Azwar H, Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan
Tradisional. Jilid I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1992.
Dzulkarnain dan Sukasediati, Pemanfaatan Obat Tradisional, Dapatkah
Dipercepat. Media LitBangKes Zvol II/No.3/1992, Jakarta, 1992.
Kalangi S.S, Antropological of Health Behavior, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1994.
Effendy N, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1995.
Ngatimin R.M, Memandu Konsep Kesehatan Tradisional dan Modern Guna
Menunjang Trecapainya Tujuan Hidup Sehat Untuk Semua Tahun 2000. Majalah
Kesehatan Masyarakat Tahun XVIII, No. 10, Ujung Pandang, 1989.
Sartono, R, Perawatan Tubuh dan Pengobatan –pengobatan Tradisional.
Effhar dan Dahara Prize, Semarang, 1993.
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
Depkes RI, Jakarta, 1992.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar